Breaking News
Loading...
Kamis, 15 Januari 2015

TEMBAKAU TEMANGGUNG

Temanggung dan Fenomena Tembakau Srintil Dari sebuah bekas jembatan rel kereta api, diatas Sungai Kuas, sejauh mata memandang sisi barat nampak dua gunung yang saling berjajar. Gunung Sumbing di sisi kiri dan Sindoro di sisi kanan. Kabupaten Temanggung yang diapit 2 gunung dan pertemuan jalur 3 kabupaten, Magelang, Kendal dan Wonosobo. Usai menikmati pemandangan bentang alam dari Jembatan Rel di Kali kuas, langkah kaki menuju pusat kota Temanggung. Tak berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, ciri khas juga hampir sama, tak ada satupun yang nampak berbeda dan menjadi ciri khas Temanggung. Langkah kaki berhenti disebuah alun-alun untuk sesaat menikmati pusat kota Temanggung, lagi-lagi tak ada sentuhan khas Temanggung. 2 gunung cantik yang berdampingan sepertinya akan memberikan jawaban, apa yang dicari-cari selama ini. Dalam gelap malam dan pekatnya hawa dingin khas pegunungan, langkah kaki terbawa pada sebuah tempat yang tinggi untuk mendapatkan sebuah jawaban. Tanda tanya besar disaat arah berbelok dari RSK Ngesti Waluyo Parakan menuju sisi barat. Tidak mungkin memotret hamparan lampu-lampuk Parakan dan Temanggung yang hanya terlihat samar oleh kabut tipis, namun semakin naik mulai terasa ada petunjuk yang memberikan jawaban. Aroma tembakau sangat khas, jalanan gelap kini kembali terang benderang disaat memasuki sebuah desa yang bernama Pager Gunung, Kecamatan mBulu. Lereng Gunung Sumbing sisi timur, berdiri sebuah dusun yang bernama Cepit. Dusun ini sangat familiar bagi penggiat alam bebas, karena sebagai pintu masuk "base camp" untuk mendaki Gunung Sumbing dari sisi timur. Disambut hangat oleh mantan kepada desa, untuk dipersilahkan masuk rumah. Pak Purwo Dimulyo, mantan lurah yang menjabat beda tipis dengan mantan presiden Soeharto, yakni 30 tahun. Suguhan makanan ringan dan segelas teh dan kopi menemani obrolan malam itu. Disela-sela obrolan, suara gaduh dan riuh ada di luar sana. Nampaknya mantan Kepala Desa ini mengerti dan bisa menyiasati situasi, sehingga dengan hangat mengajak untuk melihat apa yang terjadi di luar sana. Mata seolah tak percaya dengan keadaan yang ada, di desa yang sepertinya sepi ternyata kehidupan malam tak beda dengan kota metropolitan. Baru sadar, inilah khas dari Kabupaten Temanggung saat panen raya Tembakau. Aroma tembaku semerbak memenuhi dusun kecil, lampu-lampu terang benderang, ribuan lembar rigen (tempat penjemur rajangan tembakau), suara berisik mesin pemotong tembakau, bertumpuk-tumpuk keranjang tembaku yang sudah dilapisi debok (pelepah pisang kering) dan kecerian penduduk meramaikan malam. Disela-sela menikmati kehidupan malam di lereng Sumbing, obrolan semakin hangat disaat mendengar kisah pahit manisnya tembakau. Petani tak ubahnya hidup di Las Vegas lereng gunung dengan bermain peruntungan tembakau. Diawali dari awal musim tanam, dengan modal puluhan juta untuk menggarap lahan, beli pupuk dan bibit, hingga biaya pemeliharan. Puluhan hingga ratusan juta menjadi taruhan menjelang bulan Agustus hingga September. Bulan tersebut menjadi jawaban dari impian lembaran rupiah yang dipertaruhkan dilahan tembakau. Hampir 90% penduduk disana bergelut dengan tembakau, bahkan ada yang benar-benar konsen ditembakau, sehingga tidak ada tanaman lain yang dibudidayakan selaian tembakau. Malam semakin larut, namun pekerjaan belum usai. Mereka yang sibuk merajang tembakau yang kini lebih modern dengan mesin dibanding dahulu yang memakai Gobang "pisau besar". Disisi lain, kaum wanita sibuk menata rajangan Tembakau di atas Rigen, dan kaum pria nampak bersemangat menata dan mengemas Tembakau kering didalam keranjang. Tak kalah menarik, aktivitas dari Grader, atau orang yang bertugas menentukan ukuran kwalitas tembakau. Ditangan Grader tersebut nasib petani ditentukan, seban para Grader yang mendapat mandat langsung untuk menetapkan harga dari pabrik rokok. Lama-lama diam terpaku kepala pusing juga karena aroma tembakau yang lama-lama menyengat. Rasa pusing di kepala semakin menjadi disaat tangan ditarik masuk dalam ruangan didekat pawon (dapur). Mata melihat, daun-daun tembakau yang diikat dan ditata rapi, ternyata ini adalah tempat untuk pemeraman tembakau yang bertujuan untuk melemaskan daun sebelum dirajang. Kejutan yang sebenarnya baru saja di mulai, saat disodorkan beberapa helai daun tembakau. Isyarat agar hidung ini mencium daun yang nampak membusuk ini seolah menolak, namun entah mengapa begitu mantap menghirup dalam-dalam aromanya. Daun tembakau yang nampak membusuk, berair dan berjamur serta menjijikan ternyata adalah harta karun bagi mereka. Emas hijau yang seksi seperti Srintil yang menjadi anugerah dalam pulung dari Illahi. Srintil bukanlah sesosok gadis desa yang menjadi primadona pemuda, namun lebih dari sesosok yang seksi yang didampakan semua petani tembakau. Srintil adalah fenomena alam yang di ekspresikan dalam lembaran daun tembakau yang membusuk saat diperam, mengeluarkan aroma manis (madu) dan lebih kaut dibandingkan dengan daun tembakau yang lain. Disaat Si Srintil ini mengering, bentuknya biru kehitaman, menggumpak seperti aspal dan acapkali pecah menjadi serpihan kecil yang semrintil dan jadilah Srintil. Perlakuan istimewa dari pabrik-pabrik rokok, sebab Srintil menjadi bumbu rahasia dalam pembuatan rokok. Aroma khas srintil yang begitu kuat, memberi sensasi kenikmatan yang luar biasa di sisi penikmat tembakau. Srintil ibarat MSG atau Bumbu dari setiap masakan dalam menuru sebatang rokok. Temanggung sangat bangga, karena satu-satunya penghasil tembaku kwalitas nomer 1 di Indonesia bahkan dunia. Tembakau temanggung ibarat lauk disaat tembaku dari daerah lain menjadi nasi yang kadang pulen yang kadang seperti nasi aking. Komposisi rokok, maka tembakau Temanggung cukup 10% dari isi rokok, berarti sungguh luar biasa Tembakau dari lereng Sindoro dan Sumbing. Kisah si Srintil belum berhenti, namun kini menjadi incaran Pabrik Rokok. 1 ons tembakau srintil yang di giling menjadi serbuk halus sdah cukup untuk memberi aroma 1 ton tembakau. Disisi lain, Srintil memang menjadi primadona bagi siapa saya yang terjun dalam lingkaran Tembakau. Harga tawar yang menggiurkan dari 500 ribu hingga 800 ribu harga yang di patok untuk Srintil setiap kilogramnya. Disaat tembakau lain dari Grade A cuma 30 ribu, grade B 60-70 ribu dan C 120an ribu, namun Srintil langsung melonjak di Grade F ke atas. Harga yang fantastis untuk si seksi dari lereng Sindoro dan Sumbing, yang terlihat tak sebanding dengan morfologinya yang busuk, dan becek berair, namun itulah madu yang mengalir dari lembaran daun nikotin. Srintil bagi penduduk setempak adalah berkah dari Tuhan lewat keberuntungan kejatuhan nDaru. Memang tidak ada yang bisa menduga, tembakau siapa dan di lahan mana yang akan bisa menghasilkan Srintil. Srintil terlihat disaat pemeraman dan tembakau berubah tekstur, aroma dan warnanya. Belum sampai disitu, Srintil hanya terdapat di Sindoro dan Sumbing sisi utara, selain itu tidak ada. Sungguh hot spot yang luar biasa bagi pemilik lahan diarea yang menjadi si Seksi ini tumbuh dan memberi rejeki bagi meraka yang bertaruh di lahan tembakau. Secara ilmiah, fenomena Tembakau srintil bukan barang baru untuk diteliti. Beragam latar belakang ilmu mencoba menguak misteri Srintil, bahkan biaya besar digelontorkan pabrik rokok untuk mencari tahu siapa Dewi Srintil tersebut. Sampel tanah dan tembakau dikaji secara ilmiah dan di uji cobakan, tetap saja nihil hasilnya. Isolasi gen yang mengeksprsikan Srintil belum juga membuahkan hasil. Banyak faktor yang berkontribusi dalam mensintesis Dewi Srintil. Secara geografis, sudah pasti menjadi faktor utama, selain itu faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, nutrisi tanah menjadi aktor yang penting. Dewi Srintil menampakan diri saat diperam, lewat sebuah biokonversi daun hijau berubah menjadi kuning menjadi cokelat dan gelap, lalu berair dan mengeluarkan aroma khas. Sudah pasti proses fermentasi ini melibatkan organisme pengurai seperti jamur, khamir dan bakteri yang beasosiasi menghasilkan enzim-enzim tertentu untuk mengkonversi material organik. Kompleksnya sintesis Srintil ini memang menjadi kajian menarik untuk terus diteliti guna menguak tabir misterius seperti kabut pekat Sindoro Sumbing. Namun, nampaknya Srintil tetap menjadi misteri dan biarlah Tuhan dan petani yang beruntung yang tahu dan menikmatinya. P Eksotisme dan fonemena Srintil membius diri dalam kubangan kenikmatan nikotin dan tidak terasa dini hari sudah terlewat. Geliat petani masih belum berhenti, dan lantunan dalam untaian doa harapan dikumandangkan agar esok cerah, tembakau kering dalam sekali jemur. Perjudian belum usai disaat harga tembakau masih di goyang para penjual jasa yang mengahantarkan ke gudang pabrik rokok. Begitu juga dengan pabrik rokok yang memegang kendali permainan untuk perjudian ini. Pemerintah seolah tak berkuasa untuk ranah di lahan tembakau, sebab tidak ada regulasi harga agar stabil dan perlindungan terhadap petani. Sebuah bisnis besar di negeri ini yang memberikan sumbangan terbesar lewat cukai, namun apakah bisa dinikmati oleh petani tembakau?. Petani tetaplah petani yang terus bekerja walau dengan spekulasi, namun Dewi Srintil yang akan menentukan kepada siapa Pulung itu jatuh. Temanggung metropolitan disisi timur Sindoro dan sumbing di bulan Agsutus hingga September, seharum Srintil primadona kota tembakau.

0 komentar :

Posting Komentar

Back To Top